cover
Contact Name
Baskoro Suryo Banindro
Contact Email
banindro@gmail.com
Phone
+6285641432978
Journal Mail Official
paramita@mail.unnes.ac.id
Editorial Address
Sekaran Campus, first floor in C5 building, Gunungpati, Kota Semarang,
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Paramita: Historical Studies Journal
Core Subject : Humanities,
The journal publishes writings on (1) historiography, (2) philosophy of history, (3) history of education, and (4) history educaiton. Historiography means the writing of history based on the critical examination of sources, the selection of particular details from the authentic materials in those sources, and the synthesis of those details into a narrative that stands the test of critical examination. Historiography studies cover chronologically various themes, such as local history, social history, cultural history, economic history, political history, military history, intellectual history, environmental history, and other historical studies. Philosophy of history, the study either of the historical process and its development or of the methods used by historians to understand their material. History of education is a study of the past that focuses on educational issues. These include education systems, institutions, theories, themes and other related phenomena in the past. History education includes studies of how history teaches in school or society, curriculum, educational values in events, figures, and historical heritage, media and sources of historical learning, history teachers, and studies of textbooks.
Articles 10 Documents
Search results for , issue " Vol 25, No 2 (2015): PARAMITA" : 10 Documents clear
THE ROLE OF SOCIAL STUDIES AND HISTORY LEARNING IN JUNIOR HIGH SCHOOL IN STRENGTHENING THE STUDENTS CHARACTER Agung S., Leo
Paramita: Historical Studies Journal Vol 25, No 2 (2015): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v25i2.5134

Abstract

Nowadays, in Indonesia a variety of violence and moral degradation event still occur. The moral degradation phenomenon (among others) is indicated with the spread of violence, criminality, drug abuse, free sexual-intercourse and other misbehaviors. Multidimensional crisis and nation deterioration originates essentially in self-esteem, and failure in developing nation’s character education. Essentially, Social Science learning aimed to develop personal, social, and intellectual behavior. Thus, Social Science learning in Junior High Schools becomes a means and opportunity of strengthening the student characters such as sense of critical, discipline, environment awareness, social care, religious, having reading interest, loving to homeland, willing to sacrifice, creative, honest, independent, and hard work, in order to build the nation and the state better, more prosperous, secure, and peaceful. Dewasa ini, di Indonesia terjadi beragam keke-rasan dan degradasi moral yang masih terus terjadi. Fenomena degradasi moral diindikaisikan dengan beragam kekerasan, kriminalitas, penggunaan narkotika, pergaulan bebas, dan berbagai penyimpangan perilaku. Krisis multidimensional dan berbagai kerusakan tersebut pada dasarnya berasal dari harga diri, serta kegagalan dalam pengembangan pendidikan karakter bangsa. Di satu sisi secara esensial Pendidikan IPS bertujuan untuk membangun kemampuan personal, sosial, dan intelektual. Dengan demikian pembelajaran IPS di SMP menjadi sarana dan kesempatan untuk memperkuat karakter siswa, seperti sikap kritis, disiplin, peduli lingkungan, peduli sosial, agama, memiliki minat baca, cinta ke tanah air, rela berkorban, kreatif, jujur, independen, dan kerja keras, dalam rangka membangun bangsa dan negara yang lebih baik, lebih sejahtera, lebih aman, dan damai.  
LANSKAP KOLONIAL KOTA BAUBAU SEBUAH PUSAKA PENINGGALAN MASA KOLONIAL DI SULAWESI TENGGARA Syahadat, Ray March; Arifin, Nurhayati H.S.; Arifin, Hadi Susilo
Paramita: Historical Studies Journal Vol 25, No 2 (2015): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v25i2.5130

Abstract

Baubau is appointed as one of heritage cities in Indonesia because it has many historical inheritances. Although Baubau becomes an autonomous region in 2001, some historical records show that  the city has been existed long time ago and passed some phases. One of those phases is the development era by the Dutch Indies Government.  There are many inheritances from colonial period in the city even it is called as the largest in the Province of Southeast Sulawesi. Unfortunately, there are not many research and inventory by related stakeholders toward the colonial heritages in the city. This research aims to record or to list of current assets and to analyze the landscape characteristics of colonial heritages  located in Baubau. The result shows that there are four historical landscapes which save the colonial heritage objects namely the colonial ladscape and early independence day (51 objects), Palabusa (4 objects), Wakonti (1 object), and Chinatown (5 objects). The character  which constructs of the three landscapes generally consist of buildings, structures, and monuments with art deco style. Baubau ditetapkan menjadi salah satu kota pusaka Indonesia karena menyimpan banyak peninggalan sejarah. Meskipun Baubau menjadi daerah otonom pada tahun 2001 tetapi berbagai catatan sejarah menunjukkan bahwa kota ini telah ada sejak zaman dulu dan telah melalui beberapa fase. Salah satunya ialah masa pembangunan oleh pemerintah Hindia Belanda. Banyak peninggalan zaman kolonial di kota ini bahkan bisa dikatakan yang terbanyak se-Provinsi Sulawesi Tenggara. Sayangnya belum banyak penelitian maupun inventarisasi dari stakeholders terkait terhadap peninggalan kolonial di kota ini. Penelitian ini bertujuan menginventarisasi serta menganalisis karakter lanskap  peninggalan masa kolonial yang berada di Kota Baubau. Hasil yang diperoleh, terdapat empat lanskap sejarah yang menyimpan objek-objek peninggalan zaman kolonial yaitu lanskap kolonial dan awal kemerdekaan (51 objek), Palabusa (4 objek), Wakonti (1 objek), dan pecinan (5 objek). Karakter yang menyusun ketiga lanskap tersebut umumnya berupa bangunan, struktur, dan monumen bergaya art deco. 
KAJIAN PERBANDINGAN HISTORIOGRAFI PENDIDIKAN DI AMERIKA SERIKAT, AUSTRALIA, DAN INDONESIA Purwanta, Hieronymus
Paramita: Historical Studies Journal Vol 25, No 2 (2015): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v25i2.5201

Abstract

This article compares historiography of education in United States, Australia, and Indonesia. It aims to understand similarities and differences text book of history learning in high school in three countries. The comparative study focuses on two aspects in historiography of education, i.e. approach and discourse. The result of study shows that in three country use the narrative approach. In Indonesia, beside narrative, the writers of history text book also used structural approach and apply theories, concepts, and generalization from social sciences and humanities. In aspect of discourse, the historiography of education in United States and Australia placed their peoples as subject and main actor in history. In other side, historiography of education in Indonesia placed their peoples as object in any historical act had been done by foreigner. Artikel ini bermaksud membandingkan historiografi pendidikan di Amerika Serikat, Australia dan Indonesia. Tujuannya adalah untuk memahami persamaan dan perbedaan buku teks pelajaran sejarah yang digunakan untuk siswa SMA di ketiga negara. Kajian komparatif difokuskan pada dua aspek utama dari historiografi pendidikan, yaitu pendekatan dan wacana. Hasil kajian menunjukkan bahwa historiografi pendidikan di ketiga negara menggunakan pendekatan naratif. Di Indonesia, selain naratif, penulis buku teks pelajaran sejarah juga menerapkan pendekatan struktural dengan menggunakan teori, konsep, generalisasi dari ilmu sosial dan humaniora. Dari perspektif wacana, historiografi pendidikan di Amerika Serikat dan Australia menempatkan masyarakatnya sebagai subjek atau pemeran utama dalam sejarah. Di pihak lain, historiografi pendidik-an di Indonesia menempatkan masyarakatnya sebagai objek dari berbagai tindakan historis yang dilakukan bangsa asing. 
MODEL MANAJEMEN PEMBELAJARAN SEJARAH TERINTEGRASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL UNTUK MEMBANGUN WAWASAN KEBANGSAAN Musadad, Akhmad Arif
Paramita: Historical Studies Journal Vol 25, No 2 (2015): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v25i2.5135

Abstract

The objective of the research is to describe: (1) prior condition of nationality insight among the students of Senior High Schools in Surakarta`, (2) the historical learning management conducted so far, (3) the form of need for the historical learning management model integrated in multicultural education, and (4) the form of historical learning management model integrated in multicultural education in Senior High Schools in Surakarta. This research is conducted using research and development designs. The subjects of research are students and history teachers of Senior High Schools in Surakarta. This study is conducted in explorative way using observation, interview, document analysis, instrument and FGD as techniques of collecting data. The data analysis is carried out using an interactive model of qualitative analysis. The result of research shows: (1) the nationality insight among the students is relatively low; (2) the teachers manage historical learning poorly, as identified from their low abilities of planning, organizing, implementing and evaluating the learning; (3) the teachers highly require the model of historical learning management integrated into multicultural education; and (4) the model of historical learning management integrated in multicultural education consists of learning planning, organization, implementation and evaluation steps. Tujuan penelitian ini adalah  untuk mendeskripsikan: (1) kondisi awal tentang wawasan kebangsaan di kalangan siswa SMA Kota Surakarta, (2) bentuk manajemen pembelajaran sejarah yang selama ini dilaksanakan, (3) bentuk kebutuhan terhadap model manajemen pembelajaran sejarah terintegrasi pendidikan multikultural, dan (4) bentuk model manajemen pembelajaran sejarah terintegrasi pendidikan multikultural di SMA Kota Surakarta. Penelitian ini dilaksanakan dengan desain research and development. Subjek penelitiannya adalah siswa dan guru sejarah SMA di Kota Surakarta. Penelitian ini dilakukan secara eksploratif dengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, analisis dokumen, angket dan FGD. Metode analisis data menggunakan analisis kualitatif model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan: (1) wawasan kebangsaan di kalangan siswa relatif rendah;  (2) guru kurang mampu mengelola pembelajaran sejarah, hal itu teridentifikasi dari rendahnya kemampuan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran; (3) guru sangat membutuhkan model manajemen pembelajaran sejarah terintegrasi pendidikan multikultural; dan (4) model manajemen pembelajaran sejarah terintegrasi pendidikan multikultural terdiri atas langkah-langkah perencanaan pembelajaran, pengorganisasian pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. 
ASTHA BRATA DAN PRANATA MANGSA: ALAM DAN RELASI KUASA DALAM KONTEKS AGRARIA DI JAWA Witasari, Nina
Paramita: Historical Studies Journal Vol 25, No 2 (2015): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v25i2.5138

Abstract

The presence of the ruler and its authority in people’s daily life is an interesting talk especially when it is related to welfare case. The understanding of the meaning of authority relation is manifested into government leadership practice, which at the same time, is connected to concern on maintaining the balance of nature. Based on the phenomena existence, this writing discusses about the problem of people’s authority relation position as exploitation object by the King in pactice. Does people accept their position and authority relation as necessity since they were born as servant. Or, instead, through people’s resignation accepting their destiny, they become more creative emerging local wisdom and knowledge based on environment. At this same time, people apply work management system called season regulation ‘pranatamangsa’. Pranatamangsa is manifestation of harmonious relation among human being – nature – God. Javanese farmer has faith that, like any other traditional ethnic people, the way God does arrange the nature is through the nature’s sign, as part of cosmological balance. Kehadiran penguasa dan kekuasaannya dalam keseharian kehidupan rakyatnya adalah hal yang menarik untuk dibicarakan terutama bila dihubungkan dengan kesejahteraan. Pemahaman tentang relasi kuasa di sini adalah yang termanifestasi dalam praktek kepemimpinan pemerintahan, yang pada saat yang sama, tersambung dengan kepedulian untuk menjaga keseimbangan alam. Berdasarkan fenomena yang ada, problematika yang ingin dibahas dalam tulisan berikut ini adalah bagaimana relasi kuasa rakyat yang dalam prakteknya diposisikan sebagai obyek eksploitasi oleh Raja. Adakah rakyat menerimanya sebagai sebuah keniscayaan atas kelahiran mereka sebagai kawula. Ataukah justru dalam kepasrahan menerima garis nasib mereka justru menjadi lebih kreatif dengan memunculkan kearifan dan pengetahuan lokal berbasis lingkungan.  Pada saat sama, dalam masyarakat berlaku sistem pengaturan kerja yang disebut pranata mangsa. Pranata mangsa merupakan wujud harmonisasi hubungan antara manusia-lingkungan alam-dan Tuhan Yang Maha Esa. Keyakinan petani Jawa, dan masyarakat tradisional pada etnis lain, adalah bentuk keyakinan atas cara Tuhan bekerja mengatur alam melalui tanda-tanda alam, sebagai bagian dari keseimbangan kosmologis. 
NIKAH SIRI DI WARUREJO DALAM PERSPEKTIF SEJARAH Arsal, Thriwaty; Wahyuni, Ekawati S.; Pandjaitan, Nurmala K.; Hubeis, Aida Vitayala S.
Paramita: Historical Studies Journal Vol 25, No 2 (2015): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v25i2.5132

Abstract

Siri Marriage (unofficial marriage) is not a new phenomenon in Indonesia with its all negative impacts. However, in Warurejo village, siri marriage is accepted widely by society particularl actors and siri marriage network.  Siri marriage is a legal activity based on Islam if corresponding with legal requirements of marriag. Location of the research is conducted in  Warurejo village, East Java through qualitative, quantitative and semantics approaches. The result of research shows that siri marriage in Warurejo has been long standing and hereditary since Madura ethnic migrates to Warurejo. Siri marriage initially occurs among migrants, gradually changing and leading to commercialization. Warurejo people cannot predict the exact time when the commercialization of siri marriage applied in Warurejo village, but surely after commercialization occurs, there is a workplace for brokers and clerics. Economy needs sometimes cause the actors ignoring the negative impacts as a result of siri marriage, such as domestic violence, child custody, inheritance, etc. If there is a divorce, it is only delivered by brokers or short messages through mobile phone. Nikah siri bukanlah fenomena baru di Indonesia dengan segala dampak negatifnya. Namun, di Desa Warurejo nikah siri diterima secara luas oleh masyarakat, terutama aktor dan   jaringan nikah siri. Nikah siri merupakan tindakan yang sah menurut agama Islam sepanjang sesuai syarat sahnya pernikahan. Lokasi penelitian di lakukan di desa Warurejo Jawa Timur.dengan menggunakan pendekatan kualitatif, kuantitatif dan semantik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikah siri di Warurejo sudah berlangsung lama dan turun temurun. Sejak etnis Madura melakukan migrasi ke Warurejo. Nikah siri yang awalnya terjadi hanya sesama migran, lambat laun mengalami perubahan dan mengarah ke komersilisasi. Masyarakat Warurejo tidak bisa memperkirakan sejak kapan komersilisasi nikah siri mulai berlaku di Desa Warurejo, namun yang pasti sejak adanya komersilisasi maka sejak itu pula mulai memunculkan  lahan pekerjaan baru bagi para broker dan kyai/modin. Kebutuhan terhadap ekonomi  menyebabkan pelaku terkadang mengabaikan fungsi negatif yang diakibatkan oleh nikah siri, misalnya adanya kekerasan  dalam rumah tangga,  hak asuh anak, waris, dan lain-lain. Jika terjadi perceraian, maka perceraian itu hanya disampaikan melalui broker atau pesan pendek melalui telepon seluler. 
PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH Tanjung, Samsidar
Paramita: Historical Studies Journal Vol 25, No 2 (2015): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v25i2.5170

Abstract

This study aims to investigate the effect of multi-channel teaching media and cognitive styles toward the history learning achievement. This quantitative, experimental study employs a 2X2 factorial design. It involves two independent variables, i.e. multi-channel teaching media (X1) and cognitive styles (X2), and learning achievement (Y) as the dependent variable. Population of the study is all students of the History Education Department who are taking the History of Indonesia 3. Samples are selected from this group using random sampling and are collected by conducting Learning Achievement and Cognitive Style tests. Findings signify that: (1) Teaching activities which utilize teaching media by utility (making use of the environment) bring greater learning achievement compared to those that utilize teaching media by design. (2) There are differences between the learning achievements of students. Those with field-independent cognitive style show better achievement than students who are field-dependent. (3) Findings show that students of the Indonesian History 3 course who were taught using teaching media by utility obtain better learning achievement than those who were taught using teaching media by design. Making use of the media available in the immediate learning environment will make it easier for students to manipulate information that they receive with their respective cognitive structure. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media dan gaya kognitif terhadap hasil belajar sejarah. Penelitian menggunakan eksperimen ini menggunakan desain faktorial 2X2. Ini melibatkan dua variabel independen, yaitu media pembelajaran (X1) dan gaya kognitif (X2), dan prestasi belajar (Y) sebagai variabel dependen. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah yang mengambil Sejarah Indonesia 3. Sampel dipilih menggunakan random sampling dan dikumpulkan dengan melakukan hasil Belajar dan tes Gaya kognitif. Temuan menandakan bahwa: (1) kegiatan Pengajaran yang memanfaatkan media pembelajaran by utility (memanfaatkan lingkungan) membawa hasil belajar yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang memanfaatkan media pembelajaran by design. (2) Ada perbedaan antara prestasi belajar siswa. Mereka dengan gaya kognitif menunjukkan prestasi lebih baik. (3) Temuan menunjukkan bahwa siswa dari kuliah Sejarah Indonesia 3 yang diajarkan menggunakan media pembelajaran by utility memperoleh prestasi belajar yang lebih baik daripada mereka yang diajarkan menggunakan media yang mengajar dengan by design. Memanfaatkan media yang tersedia di lingkungan belajar langsung akan memudahkan siswa untuk memanipulasi informasi yang mereka terima dengan struktur kognitif mereka masing-masing. 
MAKNA DAN STRUKTUR PAKAIAN KARNAVAL JOGJA FASHION WEEK DI YOGYAKARTA 2007-2014 Setiawan, Deni
Paramita: Historical Studies Journal Vol 25, No 2 (2015): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v25i2.5139

Abstract

Costume exhibition show, Jogja Fashion Week Carnival, was intended to progress clothing industry, to lessen the imported clothes, and to raise the selling value of the traditional clothes in Indonesia. Throughout 2007-2014, the costume exhibition show was adequately effective to introduce the products of traditional culture becoming local characteristics to public. The research on carnival costume was made to find out the periods of the clothing style by applying art historic approach, to explain the issue of interpretation and social interaction, I used art sociological approach. The resulted conclusion was that every style of carnival costumes reflected several meanings, such as: clothing imagery, designer, and trademark. The costume structure consists of physical and non-physical ones. The physical structure was related to the issues of style, shape, and visual appearance; while the non-physical one comprised interpretation regarding the concepts of creation, social conditions, and history. The creation of carnival costumes was influenced by social condition referring to legends, fairy tales, and the myths. In addition, the designer played essential parts, i.e. creating and constructing new fashion of carnival costume in Yogyakarta. Acara pameran pakaian Karnaval Jogja Fashion Week, dimaksudkan untuk memajukan industri pakaian menekan jumlah impor pakaian asing, dan meningkatkan nilai jual kain-kain tradisi-onal di Indonesia. Sepanjang tahun 2007-2014, acara pameran pakaian cukup efektif memperkenalkan produk budaya tradisional yang menjadi ciri khas daerah kepada masyarakat. Penelitian pakaian karnaval dilakukan untuk mengetahui periodisasi gaya pakaian dengan menggunakan pendekatan sejarah seni; untuk menguraikan persoalan pemaknaan dan interaksi sosial masyarakat, digunakan pendekatan sosiologi seni. Kesimpulan yang dihasilkan adalah setiap gaya pakaian karnaval mencerminkan beberapa makna, seperti: pencitraan kain, perancang, dan merk dagang. Struktur pakaian terdiri atas fisik dan nonfisik, struktur fisik menyangkut persoalan gaya, bentuk, dan tampilan visual, sedangkan nonfisik meliputi pemaknaan yang terkait dengan konsep penciptaan, kondisi sosial, dan sejarah. Penciptaan pakaian karnaval dipengaruhi oleh kondisi sosial yang mengacu pada legenda, dongeng, dan mitos-mitos. Selain itu terdapat peran perancang yang menciptakan dan mengkreasikan bentuk baru pakaian karnaval di Yogyakarta. 
THE NEW RESPONDS TOWARD THE CHALLENGE: ISLAMIC DAWAH AND CATHOLIC MISSION IN SEMARANG, 1890s-1940s Shokheh, Mukhamad
Paramita: Historical Studies Journal Vol 25, No 2 (2015): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v25i2.5137

Abstract

This study discusses the growth and development of religious movements and their effects on social life of religious communities during the period 1890s-1940s Semarang. The main problems of this study are the growth and development of Islamic da’wah and Catholic mission and its influence on socio-religious life to the people in Semarang. This study used the historical method in order to answer the problem. The development of Islamic dawah and Catholic missions in Semarang in the period 1890s-1940s could be seen into two mainstream, namely the renewal of da’wah and indigenization of mission. Islamic dawah and Catholic mission have brought progress to the social religious life of societies. Poeple in Semarang recognized the religious organization and new forms of leadership which more rational and democratic, and the growth of new awareness of identity from  people to the identity as citizens. Penelitian ini mendiskusikan muncul dan berkembangnya gerakan keagamaan dan dampaknya pada kehidupan sosial pada komunitas agama periode 1890-an sampai 1940-an di Kota Semarang. Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah pertumbuhan dan perkembangan dakwah Islam dan misi Katolik, serta pengaruhnya terhadap kehidupan sosial keagamaan di Semarang. Penelitian ini menggunakan metode sejarah untuk menjawab permasalahan. Perkembangan dakwah Islam dan misi Katolik pada periode 1890-an sampai 1940-an dapat dilihat dari dua mainstream, yakni pembaharuan dakwah dan indigenisasi (pelokalan) dari misi. Dakwah Islam dan misi Katolik memberikan progress terhadap kehidupan sosial keagamaan di Semarang. Masyarakat di Semarang mengenal organisasi keagamaan dan bentuk baru dari kepemimpinan yang lebih rasional dan demokratis, dan tumbuhnya kesadaran atas identitas personal menjadi identitas sebagai warga masyarakat. 
KONFLIK DAN INTEGRASI DALAM MASYARAKAT PLURAL: JAMBI 1970-2012 Lindayanti, Lindayanti; Zaiyardam, Zaiyardam
Paramita: Historical Studies Journal Vol 25, No 2 (2015): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v25i2.5129

Abstract

Jambi region was constituted by plural society. The social relations formed within a long period had created a conducive environment for plural society. The citizens were used to deal with people from different social and cultural background, and the differences of social class, religion, group and culture did not trigger conflict. Furthermore, interactions among ethnics, i. e. Melayu, Jambi, Minangkabau, Banjar, Bugis, Java and Batak even gave birth to new identity; the Jambi society. Nonetheless, the infiltration of big capital owners and trans-migration in 1990s had shaken this stability. The climax took place during the reformasi when a huge number of unrests surfaced, where society demanded the return of the land to the hands of people. It was important to build and employ attempts to lessen the tense and conflicts in this plural society. The local wisdom of Jambi people which has been formed for decades needed to be returned as a foundation for this attempt. Before capitalism dominated the life of the society, the values of local wisdom were proven to keep the plural society in harmony. Wilayah Jambi dihuni oleh masyarakat yang plural. Relasi sosial yang terjadi terbentuk dalam kurun waktu yang lama dan telah membentuk lingkungan yang kondusif untuk masyarakat plural. Penduduknya telah memiliki kesepahaman terhadap masyarakat dengan latar sosial dan budaya yang berbeda, dan perbedaan kelas, agama, kelompok, serta budaya tidak memicu terjadinya konflik. Lebih lanjut lagi, interaksi antara etnik Melayu, Jambi, Minangkabau, Banjar, Bugis, Jawa, dan Batak bahkan melahirkan identitas baru sebagai masyarakat Jambi. Akan tetapi, infiltrasi dari para pemodal besar dan transmigrasi pada tahun 1990-an telah mengguncang stabilitas yang ada. Puncaknya terjadi selama reformasi ketika sejumlah besar kerusuhan muncul, di mana masyarakat menuntut pengembalian tanah. Untuk itu, penelitian ini penting dilakukan untuk mengurangi ketegangan dan konflik dalam masyarakat. Kearifan lokal masyarakat Jambi yang telah dibentuk selama puluhan tahun perlu dikembalikan sebagai dasar untuk upaya ini. Sebelum kapitalisme mendominasi kehidupan masyarakat, nilai-nilai kearifan lokal yang terbukti untuk menjaga masyarakat plural dalam harmoni. 

Page 1 of 1 | Total Record : 10